Angin berhembus pelan mengiringi gerimis di sore ini. Ya, gerimis. Kata2 itu mengingatkanku pada sosok yg sangat kucintai, bukan hanya cinta, melainkan dia juga merupakan napas hidupku. Ayahku. Dulu beliau dan aku sangat menyukai gerimis. Terlebih pada sore hari. Tapi, semua itu sirna, karena beliau menghembuskan napas terakhirnya di waktu itu. Gerimis di Sore Hari.
*5 tahun yg lalu....
"sayang, Memey sayang. Cepetan dong sayang. Papa mau pulang nich"
"iya ma, ini juga udah slese kok mandinya", kataku sembari keluar dari kamar mandi. Memang diantara semua keluargaku, yg paling lama mandinya adalah aku.
"Mandi kok lama banget", kata Nando, adikku dengan judes.
Hari ini papa ku pulang dari Belanda, negara yg sangat beliau sukai karena kebudayaannya. Dan ini adalah pertama kalinya beliau ke luar negeri. Maka dari itu aku, mamaku dan Nando membuat pesta kecil - kecilan untuk menyambutnya. Namun ini bukan 'surprise party'.
"Tok...tok...tok"
Ada seseorang yg mengetuk pintu. Tidak seperti biasanya, karna biasanya jika ada tamu hanya membunyikan bel-ny.
"memey, buka pintunya! Mungkin aja itu papa",suruh mamaku.
"iye ma", kataku dengan logat Betawi. Karena sahabat karibku adalah orang Betawi. Jadi sedikit - sedikit bisalah.
Aku turun dari tangga lantai 2 dan menuju ke pintu utama letak suara ketukan itu berasal. Setelah sampai di depan pintu, kucoba membuka pintunya dan..... dan mulai kulihat dari bawah. Kulihat sepatu warna coklat yg sudah hampir 2 minggu tak kulihat. Menuju keatas melihat celana panjang warna hitam mengkilat. Menuju keatas lagi, jas warna putih keabu- abuan. Dan kini kulihat raut muka orang tersebut yang sedikit pucat tersenyum padaku. Wajah yang tak asing itu .. tak lain dan tak bukan adalah PAPAKU.
"siapa mey?",tanya mama yg berada di lantai atas. Aku menoleh pada mama, dan kemudian menoleh pada tamu tadi seraya memeluknya serta berkata " Papa... "
"Memey anakku sayang. Gimana kabarnya ?", aku dan papa menuju ke ruang keluarga tempat pesta kecil diadakan. Lalu aku menggandeng tangan papaku karna aku sangat rindu kepadanya. Kubawakan tas kerjanya dan berteriak, "mama, Nando ... papa pulang nich"
Kemudian mamaku dan Nando turun dan langsung menyambar papa.
"papa.. " kata mama & Nando bebarengan.
"Aduuh kalian ini, kayak gak pernah bertemu papa 5 tahun aja" kata pap dengan tersenyum ceria
"ya ampun pa, memey kangen banget tau. Tiap sore ngliat gerimis sendirian. kan kangen", rayuku
"iya nih pa , adek juga kangen sama papa.. pengen lari lari lagi sama papa" , pinta Nando
"udah.. tenang aja. Kali ini papa bakalan temenin kalian semua kok. I'll be there for you all", kata papa dengan gaya orang bule
"ceiileehh papa.. gayanya udah kayak bule aja" goya mama. Karna beliau tau kalo papa susah bahasa inggisnya. Entah bagaimana kalo kemarin - kemarin ia di negeri orang. Untung saja ada jubirnya.
"wah .. mama pasti masak masakan kesukaan papa ya?" tanya papa dengan nada merayu
"iya dong pa.. kan hari ini spesial menyambut kadatangan papa", jawab mama.
Kemudian kami berempat menghabiskan makanan2 yg telah aku & mama siapkan. Ada makanan kesukaan papa yaitu Ayam Bakar saus tomat, kesukaanku yaitu Cumi-cumi goreng dan kesukaan mama sekaligus Nando Pizza keju. Setelah selesai kami pun menanyakan papa selama di Belanda.
"oh ya pa , boleh liat foto-foto papa sewaktu di Belanda gak" pintaku
"dimana ya.. papa kok lupa sih naruhnya" jawab papa mulai cemas seraya mencari kamera miliknya di tasnya
"udah pa. kalo gak ada ntar ntar aja nyari" , kataku sambil menenangkan pap
"yaudah dehh.. oh yya papa mau bilang sesuatu pada kalian" , kata papa tiba -tiba. Entah mengapa kini hatiku terasa tak karuan. Terasa bahwa perkataan papa kali ini adalah suatu hal yg perlu untuk di dengar.
Hatiku rasanya berdebar hampir kencang. Akupun meletakkan makananku kembali ke atas piring dan mendengarkan dengan teliti apa yg papa ingin katakan.
"Kalau papa udah gak adaa , kalian harus jaga baik - baik diri kalian yya . Apalagi untuk Memey dan Nando , kalian harus menjaga mama. Dan harus berani melawan ketakutan kalian sendiri"
DUARR..
Jantungku rasanya meletus , dan hatiku meledak bagaikan bom Hiroshima. Perkataan yg membuat seluruh bulu romaku merinding. Kini badanku lemas tak berani berkata apapun. Kini , Nando dan mama pun ikut lemas sepertiku. Kami hanya mengucapkan kata, "iya pa", dengan pelan dan sangat gugup. Dan papa kini membalasnya dengan senyuman khasnya seraya meninggalkan kami bertiga di ruang keluarga dan beliau menuju ke kamarnya.
***Malam harinya..
Malam sudah tiba. Sesekali aku melihat jam dinding yang ada
di kamarku. Waktu sudag menunjukkan pukul 23.15 WIB. Aku hanya berdiam di
kamarku yang semput dan bermotif Spongebob Squarepants, tokoh kartun favoritku.
Aku tak bisa tidur. Aku masih teringat oleh kata kata papaku tadi sore. “Kalau
papa udah nggak ada , jaga diri kalian baik baik ya”. Kata –kata itu membuat
aku merinding tak berdaya. Kemudian aku melangkahkan kakiku menuju keluar
kamar. Yang kutuju sekarang adalah kamar mama & papaku. Perlahan aku buka
pintunya. Kulihat papaku sedang tertidur pulas dengan berselimut. Lalu aku
kembali ke kamarku. Aku masih tak bisa tidur, memikirkan perkataan papaku. Aku
berpikir , apa yang membuat papaku bisa berkata begitu hingga membuat aku,
Nando dan mama kaget setengah mati.
“Ahh.. positive thingking memey”, kataku perlahan.
Ketika aku melihat jam dinging, ohh TIDAK.. Waktu
menunjukkan pukul 01.10 WIB. Dan aku harus segera tidur. Aku menuju ke kamar
mandi untuk cuci muka dan kemudian kembali ke kasur. Aku menarik selimutku dan
perlahan mulai memejamkan mata.
***Keesokan harinya…
“kukuruyukk”, kata ayam tetanggaku.
“hoamm”, Aku pun bangkit dari tempat tidur sambil menguap.
Lalu Aku menuju kamar mandi untuk cuci muka. Dan Aku melihat jam sudah
menunjukkan pukul 06.30 WIB. Aku keluar dari kamar dan menuju ke ruang tengah.
Namun, apa yang kulihat…
Kulihat diluar rumahku sudah ramai dengan orang – orang dan
tetanggaku.Aku melihat sebuah bendera kuning dan juga ucapan duka cita. Aku pun
kaget dan langsung berlari menemui mamaku. Di ruang tengah sudah ada jenazah yg
sudah ditutupi oleh kain kafan. Kulihat mamaku dan Nando sedang menangis
sekencang-kencangnya. Apakah mungkin itu PAPA ? Apakah mungkn perkataan papa
tadi sore itu ? adalah sebuah pertanda. Perlahan aku menghampiri mama. Dan aku
pun duduk menyampingi mama yang sedang duduku di depan jenazah itu.
“Mama.. Ada apa ini ? Apa ini Papa ?”, tanyaku kepada mama.
Kemudian mama pun menatapku dengan penuh Tanya.
“Memey… sayang . hiks hiks .. Papa sayang” , tangis mama di
pelukanku.
Penjelasan mama ku sudah cukup utnuk membuktikan semuanya.
Aku pun perlahan menuju jenazah itu dan membuka mukanya. Dan apa yang kulihat.
Itu adalah PAPAKU.. Aku shock , kaget
bercampur tangis. Tak kuasa aku menahan tangis dan langsung meneteskan air mata
dengan lancarnya.
“PAPAA…. Jangan tinggalin aku.. Papa jahat…”, tangisku dihadapan jasad papa.
Tiba tiba ada seorang lelaki mendekatiku dan berbicara
kepadaku.
“sudahlah mey, ikhlasin aja”, kata lelaki itu menenagkanku.
Kumenoleh kepadanya dan itu adalah RICO. Dia adalah sahabatku. Aku kemudian
menangis di pelukannya.
“Rico.. aku nggak percaya semua ini bakal terjadi sama aku”,
tangisku. Lalu aku mulai menghentikan tangisku karn aku tak mau kelihatan
cengeng di hadapan para tetanggaku dan sanak saudara.
Sementara Nando, dia hanya menangis layaknya anak kecil di
pangkuan tante Maya, mama nya Rico. Aku masih tak percaya dengan kejadian ini.
Bagaimana bisa papa meninggalkan kami semua , sementara dia tidak pernah
mempunya riwayat penyakit apa apa. Dan tadi malam pun aku masih melihatnya
tidur dengan pulas walaupun dengan muka agak pucat. Kemudian aku melihat papaku
kembali dan tak terasa air mata kembali menetes.
“PAPAA….”,teriakku..
***Sore harinya..
Sore hari. Itulah wakty kesukaan papa. Sore itu gerimis.
Suasana yang disukai papa sejak dulu dan menurun kepadaku. Pemakaman papa pukul
16.00 WIB. Dan itu bertepatan dengan 24 jam nya papa mengatakan “Kalau papa
udah nggak ada, jaga diri kalian baik baik ya”. Oh Tuhan.. Apakah itu sebuah
pertanda. Kami pun mengantarkan papa ke tempat terakhirnya. Kami berjalan
menyusuri jalanan yang licin karena soreitu sedang gerimis. Seakan dunia tak
mau ditinggal oleh papa. Awan pun menangis walaupun hanya sedikit. Dan papa
diantarkan ke tempat terakhirnya dengan suasana kesukaanya , GERIMIS DI SORE
HARI